PENGARUH HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP ANGKA KEJADIAN PRURIGO PADA PONDOK PESANTREN DI DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Latar belakang. Prurigo merupakan salah satu bentuk penyakit kulit yang
gatal tanpa sebab yang jelas. Lesi berupa erupsi papular kronik dan rekuren, berbentuk kubah (dome shaped) dengan puncak berupa vesikel kecil yang disertai hiperpigmentasi, penebalan kulit, lesi ekskoriasi, dan krusta. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa prurigo merupakan penyakit kulit terbanyak di daerah pantai yaitu 25,21%, karena di daerah tersebut banyak ditemukan nyamuk akibat higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, sedangkan di daerah pegunungan angka kejadian prurigo sebesar 6,54%.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh higiene dan sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan.
Metode. Penelitian ini merupakan suatu studi Cross Sectional. Data didapatkan dari observasi secara langsung pada pondok pesantren di daerah pantai yaitu An Nur dan Yanbuu Tahfidhil Qur’an di Demak dan pondok pesantren di daerah pegunungan yaitu Asalafiyah Al Masudiyah dan Al Iman di Semarang. Data diuji dengan uji chi – square dan uji regresi logistik. Derajat kemaknaan dinyatakan bermakna apabila p < 0,05.
Hasil. Pada penelitian ini didapatkan bahwa distribusi prurigo terbanyak adalah pada daerah pantai, wanita, umur 10 – 14 tahun, dan daerah dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang cukup di daerah pantai. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,013) dan antara umur siswa – siswi pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,011). Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin siswa – siswi pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,134), serta antara pengaruh higiene dan
sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,205).
Kesimpulan. Prurigo didapatkan terbanyak pada daerah dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang cukup di daerah pantai dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh higiene dan sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan.
Kata kunci. Prurigo, higiene dan sanitasi lingkungan.
gatal tanpa sebab yang jelas. Lesi berupa erupsi papular kronik dan rekuren, berbentuk kubah (dome shaped) dengan puncak berupa vesikel kecil yang disertai hiperpigmentasi, penebalan kulit, lesi ekskoriasi, dan krusta. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa prurigo merupakan penyakit kulit terbanyak di daerah pantai yaitu 25,21%, karena di daerah tersebut banyak ditemukan nyamuk akibat higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, sedangkan di daerah pegunungan angka kejadian prurigo sebesar 6,54%.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh higiene dan sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan.
Metode. Penelitian ini merupakan suatu studi Cross Sectional. Data didapatkan dari observasi secara langsung pada pondok pesantren di daerah pantai yaitu An Nur dan Yanbuu Tahfidhil Qur’an di Demak dan pondok pesantren di daerah pegunungan yaitu Asalafiyah Al Masudiyah dan Al Iman di Semarang. Data diuji dengan uji chi – square dan uji regresi logistik. Derajat kemaknaan dinyatakan bermakna apabila p < 0,05.
Hasil. Pada penelitian ini didapatkan bahwa distribusi prurigo terbanyak adalah pada daerah pantai, wanita, umur 10 – 14 tahun, dan daerah dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang cukup di daerah pantai. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,013) dan antara umur siswa – siswi pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,011). Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin siswa – siswi pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,134), serta antara pengaruh higiene dan
sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan (p = 0,205).
Kesimpulan. Prurigo didapatkan terbanyak pada daerah dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang cukup di daerah pantai dan terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh higiene dan sanitasi lingkungan terhadap angka kejadian prurigo pada pondok pesantren di daerah pantai dan pegunungan.
Kata kunci. Prurigo, higiene dan sanitasi lingkungan.
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 762 timesPDF - 198 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang
email:Info@unimus.ac.id http://unimus.ac.id