Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari – Desember 2004
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Demam tifoid merupakan salah satu dari lima penyebab kematian di
Indonesia. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui angka prevalensi demam tifoid dan rasionalitas pengobatan pasien demam tifoid termasuk angka kejadian interaksi obat, serta keadaan farmakoterapi tidak rasional di unit rawat inap bagian anak dan penyakit dalam RSUD Sleman selama periode tahun 2004.
Penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif non analitik yang
bersifat eksploratif dengan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara retrospektif. Bahan yang digunakan adalah rekam medik pasien demam tifoid di RSUD Sleman selama periode Januari-Desember 2004. Analisis dilakukan dengan Epi Info 2002, data dibandingkan dengan standar pengobatan demam tifoid dari WHO.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: pasien demam tifoid di RSUD
Sleman terdiri dari 48,1% laki-laki dan 51,9% perempuan. Pasien anak-anak usia < 15 tahun sebanyak 53,75% dan pasien dewasa usia ³ 15 tahun sebanyak 46,25%. Perincian hasil kriteria pengobatan rasional sebagai berikut: tepat indikasi 100%, tepat obat 81,9%, tepat dosis 35,8%, tepat pasien 93,1%. Analisis pengobatan berdasarkan kriteria peresepan tidak rasional adalah sebagai berikut:
peresepan berlebih (over) sebesar 38,7%, peresepan kurang (under) sebesar 31,8%, peresepan majemuk (multiple) sebesar 61,875%, peresepan salah (incorrect) sebesar 53,8%, dan peresepan boros (extravagant) sebesar 46,2%. Persentase kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 15,6%. Kesimpulan yang didapat menyatakan bahwa pengobatan pasien demam tifoid di RSUD Sleman belum rasional.
Indonesia. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui angka prevalensi demam tifoid dan rasionalitas pengobatan pasien demam tifoid termasuk angka kejadian interaksi obat, serta keadaan farmakoterapi tidak rasional di unit rawat inap bagian anak dan penyakit dalam RSUD Sleman selama periode tahun 2004.
Penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif non analitik yang
bersifat eksploratif dengan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara retrospektif. Bahan yang digunakan adalah rekam medik pasien demam tifoid di RSUD Sleman selama periode Januari-Desember 2004. Analisis dilakukan dengan Epi Info 2002, data dibandingkan dengan standar pengobatan demam tifoid dari WHO.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: pasien demam tifoid di RSUD
Sleman terdiri dari 48,1% laki-laki dan 51,9% perempuan. Pasien anak-anak usia < 15 tahun sebanyak 53,75% dan pasien dewasa usia ³ 15 tahun sebanyak 46,25%. Perincian hasil kriteria pengobatan rasional sebagai berikut: tepat indikasi 100%, tepat obat 81,9%, tepat dosis 35,8%, tepat pasien 93,1%. Analisis pengobatan berdasarkan kriteria peresepan tidak rasional adalah sebagai berikut:
peresepan berlebih (over) sebesar 38,7%, peresepan kurang (under) sebesar 31,8%, peresepan majemuk (multiple) sebesar 61,875%, peresepan salah (incorrect) sebesar 53,8%, dan peresepan boros (extravagant) sebesar 46,2%. Persentase kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 15,6%. Kesimpulan yang didapat menyatakan bahwa pengobatan pasien demam tifoid di RSUD Sleman belum rasional.
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 1106 timesPDF - 2252 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
UNIMUS | Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No. 18 Semarang
email:Info@unimus.ac.id http://unimus.ac.id